Rabu, 17 November 2010

Identitas Bengkulu Cuma Batik Besurek


 
Radar Bengkulu, 1 September 2010
RADAR BENGKULU - Identitas Bengkulu saat ini hanya tinggal kerajinan tangan Batik Besurek tulis (bukan tekstil). Sebab, bunga Rafflesia Arnoldi dan Tabot yang diklaim hanya dimiliki Bengkulu ternyata sudah dimiliki daerah lain. Sehingga satu-satunya yang menjadi ciri khas Bengkulu hanya Batik Besurek. Karena itu, mesti ada perlakuan khusus terhadap kerajinan asli Bengkulu tersebut.
Anggota DPRD Kota Bengkulu Wehelmi Ade Tarigan menjelaskan Bengkulu sudah kehilangan ciri khasnya, baik dari bunga Rafflesia maupun tradisi Tabot yang diperingati setiap tanggal 1 Muharam.
“Tidak bisa diklaim milik Bengkulu lagi. Ternyata bunga kebanggaan Bengkulu itu sudah tumbuh di wilayah sumatera lainnya. Bahkan juga ada di Malaysia. Dalam iklan promosi parawisata saja, Malaysia sudah menggunakan Rafflesia. Begitu juga dengan Tabot, ternyata Tabot juga ada di Minang. Paling hanya Batik Besurek itulah. Kalau ini tidak dipelihara, saya yakin juga akan hilang dan bahkan bisa diklaim hasil karya daerah lain,” ungkap Ade.
Pemerintah harus tanggap dengan kondisi demikian. Jika terus dibiarkan, besar kemungkinan Bengkulu benar-benar akan kehilangan icon identitasnya. Sebagai upaya perlindungan dan pelestarian, Pemda perlu mengeluarkan kebijakan hukum yang mengatur keberadaan Batik Besurek. “Harus ada aturan hukum yang mengatur, jika dibiarkan saja saya kawatir, Batik Besurek tidak ada lagi di Bengkulu,” ucapnya.
Pengusaha yang sukses di panggung politik itu juga mengatakan pemerintah juga mesti pro aktif dalam melakukan pembinaan, pelatihan dan promosi terhadap kerajinan asli Bengkulu ini. Pemda Kota melalui SKPD terkait bisa saja melakukan perekrutan dan pembinaan anak-anak muda yang menganggur menjadi kelompok-kelompok produktif pembuat batik.
“Seharusnya Pemda cerdas melihat kasus ini. Tidak ada salahnya memberdayakan anak muda yang menganggur. Sehingga jika sudah diproduksi secara massal, Pemda bisa membuatkan kawasan khusus batik. Sama seperti daerah-daerah di Jawa yang notabenenya adalah penghasil batik,” ungkapnya.
Ade juga menyarankan Pemda aktif mempromosikan Batik Besurek melalui website. Sebab dapat diakses oleh seluruh masyarakat dunia. Sehingga wisatawan yang akan berkunjung ke Bengkulu akan tahu jika kerajinan di Bengkulu ada yang namanya Batik Besurek.
“Biasanya sebelum menuju tempat wisata, wisatawan akan banyak mencari tahu wilayah itu melalui internet. Pemda harus lihai memanfaatkan teknologi ini,” katanya.
Ade menambahkan, salah satu cara lainnya melestarikan batik asli Bengkulu ini adalah mewajibkan anak-anak sekolah memakai Batik Besurek di hari-hari tertentu. Sehingga batik itu bisa diproduksi secara massal yang secara tidak langsung akan memberikan motivasi bagi perajin untuk tetap terus memproduksi kain batik.
“Salah satu menciptakan pasar Batik Besurek ini ya malalui anak sekolah, saat ini memang sudah ada, namun belum menyeluruh. Lagipula jika pasarnya bagus, pengerajin juga bakal lebih bersemangat memproduksi batik asli Bengkulu ini,” jelas Ade. (tan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar