Bahasa Serawai
Bahasa Serawai adalah bahasa yang dipakai oleh sebagian masyarakat
Kabupaten Bengkulu Selatan terdiri, dari 7 daerah kecamatan, yaitu :
-
Kecamatan
Seluma -
Kecamatan
Talo -
Kecamatan
Pino -
Kecamatan
Manna -
Kecamatan
Kaur Utara -
Kecamatan
Kaur tengah -
Kecamatan
Keur Selatan.
Bahasa Serawai dipakai dalam empat daerah kecamatan yaitu :
-
Kecamatan
Seluma -
Kecamatan
Talo -
Kecamatan
Pino -
Kecamatan
Manna.
Keempat daerah kecamatan tersebut terdiri dari 16 marga, yaitu :
-
Marga
Andelas -
Marga
Air Perikan -
Marga
Ngalam -
Marga
Seluma -
Marga
Ulu Talo -
Marga
Ilir Talo -
Marga
Semindang Alas -
Marga
Ulu Manna Ulu -
Marga
Ulu Manna Ilir -
Marga
Tanjung Raya -
Marga
Anak Gumay -
Marga
Pasar Manna -
Marga
Tujuh Pancuran -
Marga
Anak Lubuk Sirih -
Marga
Anak Dusun Tinggi -
Marga
Kedurang
Dari ke-16 marga tersebut yang tidak memakai bahasa Serawai yaitu Marga
Kedurang. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Pasemah.
Dalam bahasa Serawai ada dua macam dialek, yaitu dialek “o” dan dialek
au. Yang dikmaksud dengan dialek “o” ialah kata-kata yang pada
umumnya berakhiran dengan “o” seperti ke mano “kemana’, Tuapo
“apa”, dan sapo “siapa”. Dialek “o” ini dipakai dalam
wilayah Kecamatan Seluma dan Kecamatan Talo.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan dialek “au” ialah kata-kata yang pada
umumnya berakhiran “au”, seperti ke manau “ke mana”, tuapau
“apa”, dan sapau “siapa”. Dialek au ini dipakai dalam wilayah
Kecamatan Pino dan Kecamatan Manna.
Bahasa Serawai “o”, yaitu mulai dari Marga Andelas (Kecamatan Seluma)
sampai ke Marga semindang Alas (Kecamatan Talo). Jadi, secara
administratif, bahasa Serawai yang diteliti ini mulai dari dusun
Pekan Sabtu (Marga Andelas), kira-kira 13 km dari kota Bengkulu
kearah Selatan sampai ke Dusun Pekan Markas (Marga Semindang Alas),
kira-kira 119 km dari kota Bengkulu. Di dusun pekan Maras, yang
merupakan perbatasan bahasa Serawai berdialek “o” dan au, sudah
ada percampuran dialek “o” dan “au”. Sebagian penduduk
memakai dialek “o” dan sebagian lagi memekai dialek “au”.
Peranan dan Kependudukan
Pada
umumnya bahasa Serawai dipakai antara keluarga Di dusun-dusun yang
jauh dari kota besar, bahasa Serawai kadang-kadang dipakai juga dalam
suasana dengan depati, pasirah, atau camat.
Di Dusun, Marga, Kecamatan yang jauh dari kota Bengkulu, orang Serawai
memakai bahasa Serawai bila berbicara dengan orang yang baru dikenal.
(misalnya Dusun Babatan, Marga Andelas) orang Serawai kadang-kadang
memakai bahasa Melayu Bengkulu/ Indonesia bila berbicara dengan orang
yang baru dikenal itu ternyata orang Serawai atau orang yang dapat
berbicara dalam bahasa Serawai, barulah mereka memakai bahasa Serawai
sebagai alat komunikasi.
Di Sekolah Dasar (SD) di dusun, ibu kota marga, kecamatan dan Kabupaten,
bahasa Serawai digunakan sebagai bahasa pengantar di samping bahasa
Indonesi. Di sekolah-sekolah lanjutan, bahasa Serawai tidak lagi
dipakai sebagai bahasa pengantar.
Tradisi Sastra
Dalam masyarakat bahasa Serawai terdapat sastra lisan yang digolongkan atas
dua golongan, yaitu prosa dan puisi. Yang digolongkan ke dalam prosa
antara lain nandai, dan dongeng-dongeng. Nandai dalam bahasa Serawai
ada dua macam Pengertiannya. Petama, dalam pengertian cerita rakyat
biasa, misalnya nandai “Harimau Bersahabat dengan Kancil” dan
nandai “Kura-kura Bersahabat dengan Beruk”. Nandai jenis ini
ditubjukkan kepada anak-anak sebagai penghibur agar ia lekas
tertidur. Kedua, nandai dalam pengertian cerita yang berisi unsur
sejarah, misalnya nandai yang berisi sejarah peperangan Bengkulu
dengan Aceh. Nandai jenis ini dituturkan oleh seseorang yang ahli dan
ditujukan kepada orang-orang dewasa, sebagai pelipulara, misalnya
jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Oleh karena nandai
jenis kedua ini berisi unsur sejarah, biasanya ia diturkan dalam
waktu berjam-jam, kadang-kadang sampai semalam suntuk.
Dongeng-dongeng yang dapat digolongkan kedalam bentuk sastra misalnya
ialah dongeng-dongeng tentang keajaiban sesuatu tempat. Selanjutnya,
yang tergolong kedalam bentuk puisi antara lain pantun, rejung,
dundai, taliban, jampi, ucap, dan dendang.
Sebagian besar dari jenis sastra lisan diatas hampir lenyap dari pemakaiannya.
Hal ini disebabkan oleh keengganan anak-anak muda mempelajarinya
dengan berbagai alasan. Disamping itu, pengaruh agama Islam terhadap
jampi dan ucap, menyababkan pula jenis-jenis sastra lisan tersebut
lenyap dari pemakaiannya.
Ada sejenis sastra lisan dalam bentu puisi yang menarik untuk dikemukakan
disini, yaitu rejang/seramba. Rejang/seramba ini terdapat di Dusun
Babatan Marga Andelas. Bahasa yang dipakai dalam rejang/serambai ini
bukan bahasa Serawai seperti yang mereka pakai sehari-hari, melaikan,
menurut pengakuan penduduk, bahasa Lembak, yaitu bahasa yang dipakai
oleh penduduk di daerah Bengkulu Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar